Barang bawaanmu adalah tanggung jawabmu, sampai pada titik dimana kamu tidak mampu. Nah, titik “tidak mampu” ini yang membedakan kualitas tiap individu. Ketika kau tergiur ingin mengerahkan apa yang menjadi tanggung jawabmu pada orang lain, ingat ini : bahwa yang capek bukan kamu saja. Semua orang capek. Mana ada naik gunung nggak capek. Gile lu ndro.
Ketika bebanmu dipindah tangan kan pada temanmu, maka beban kawanmu akan bertambah kali lipat. Pikir. Tapi sekali lagi, sampai di titik kamu tidak mampu.
Kalau kau tidak mampu bawa barang2 kelompok, minimal bawa lah barang pribadimu.
Jadi suka nggak habis pikir sama cewek2 yang cuma bawa tas selempang cantik di trek. Baju ganti lo taroh mana? SB lo taroh mana? Make up tebel lo taroh mana? Pakaian dalam lo taroh mana? Pensil alis lo taroh mana? Hah? Nggak harus kerir, daypack juga muat kalo buat barang pribadi mah. Suka kasian sama cowok yang barengan sama cewek2 macem begini. Sabar ya wok.
Di belantara, kau bukan siapa-siapa. Tua muda, miskin kaya, SD S3, semuanya sama saja. Yang membedakan adalah harta bernama attitude. Seorang tamu harusnya bersikap selayaknya tamu. Tepis sombongmu yang selangit, bawa kembali sampahmu yang merusak mata walaupun sekelumit.
Tidak bermaksud menggurui sama sekali. Namun, siapa kita dan apa gelar kita sangat tidak penting di mata alam. Yang terpenting adalah apakah kita sebagai manusia sudah berguna demi manusia lain? Apakah kita sebagai manusia makhluk yang dapat berpikir bisa menjaga alam dan melestarikannya?
Atau kita sebagai manusia hanya bisa tinggal dan berdiam di bumi ini sampai dengan menunggu akhir hayat. Atau selama kita hidup, kita bantu menjaga alam yang telah memberikan kehidupan kepada manusia selama ini?
Sadarilah bahwa kita hanya sementara. Tidak ada manusia yang kekal di dunia ini. Kita menumpang hidup di alam dan berilah rasa terima kasih kepada semesta dengan cara tidak merusaknya. Cukup hanya dengan cara tidak merusaknya saja.