Traveling Numpang di Rumah Warga Sekitar Part 2

Saya segera menuju ke Mesjid setelah berpamitan kepada si Ibu warung. Saya berjalan sekitar beberapa ratur meter dan menemukan masjid yang terlihat kosong. Berawal ingin izin, tapi melihat jam sudah pukul 9 lewat, saya membatalkan niat itu. “Sudah ah, tidur saja di mesjid” pikirku.

Setelah membuka matras dan mengeluarkan sleeping bag, lalu saya seperti biasa Shalat dulu di mesjid. Entah mengapa saat Shalat saya merasa ada yang memperhatikan. Entah siapa.

Setelah itu saya langsung merebahkan diri di lantai yang cukup dingin. Pintu mesjid sudah dikunci mau tidak mau saya tidur diluar, tiba2 ada yang menegur saya. “Adek, ngapain tidur disini? Lagi cari kerja kah?” ujar seorang Bapak paruh baya. “Maaf, pak. Saya menumpang tidur disini, besok mau ke kawah Ijen” ujarku. “Hooo, jangan disini, kalau malam suka banyak cerita hantunya lho” kata si Bapak sambil tertawa. “Sudah, ngopi dulu dirumah Pak RT” kata si Bapak.

Sayapun jelas mengiyakan. Saya butuh kopi hangat malam ini. Udara cukup dingin. Setelah itu saya dan sang Bapak menuju ke rumah Pak RT, dan setelah agak lama mengetuk, Pak RT pun keluar dan mempersilahkan masuk. “Yudha, pak. Saya dari Bandung ingin ke kawah Ijen, tapi saya datang terlalu sore dan bingung mau tidur dimana, saya sendrian pak” kataku sambil memperkenalkan diri. “Kalau boleh, saya bisakah menumpang di Mesjid pak?” tanyaku ragu. “Sudah, ngopi saja kamu, di dalam ada nasi sama lauk. Makan saja dulu, nanti tidur disini. Ada kamar kosong kalau kamu mau, tapi seadanya, gapapa kan Dek?” tawar si Bapak.

Saat itu saya merasa keberuntungan datang. Saya tidak pernah berniat untuk menumpang dirumah penduduk, tetapi kebaikan hati pak RT yang memberikan saya tempat untuk menginap, yang sebelumnya saya belum pernah bayangkan.

Pelajaran yang dapat dipetik: setelah menumpang di banyak tempat, saya sering sekali dan terharu mendengar prinsip seperti ini “beta ikhlas dgn para pendatang, beta kasih inap dan makan karena beta tau, anak atau saudara beta juga ada yang merantau ke Jawa, dan beta juga ingin anak beta di terima dengan baik oleh penduduk disana”.