Pada zaman edo dulu di Jepang, ada satu sistem pendidikan yang dinamakan Terakoya. Sistem pendidikan ini dikhususkan bagi masyarakat biasa. Untuk beberapa daerah ada yang mengajarkan teknik sempoa. Sistem pendidikan ini tersebar di seluruh penjuru Jepang pada zaman edo dulu.
Ada begitu banyak terakoya yang tersebar di seluruh negeri pada tahun 1830 hingga tahun 1844. Di akhir masa keshogunan, ada sekitar 40 ribu terakoya termasuk lembaga pendidikan lainnya yang berkontribusi untuk masyarakat agar melek huruf.
Awalnya terakoya muncul pada abat ke-17, pada saat itu terakoya dibangun di kuil-kuil Buddha. Sejatinya sistem pendidikan ini muncul bagi anak keluarga samurai dan penguasa, sayangnya karena begitu banyak anak yang buta huruf dan membutuhkan pendidikan agar dapat melek huruf, maka sistem pendidikan ini menjadi sistem pendidikan yang merakyat.
Berbeda dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sistem pendidikan pada zaman edo dulu justru memberikan kebebasan bagi si anak untuk memilih buku apa yang ingin ia pelajari, ada buku dagang, ada buku pertanian dan ada buku lainnya.
Meski terakoya memfokuskan diri untuk memberi pengajaran membaca dan menulis, tetapi mereka juga memberi subjek tambahan seperti tentang kedisiplinan dan juga menghitung cepat menggunakan metode sempoa. Tidak hanya itu, mereka juga membahas permasalahan geografi hingga sejarah. Untuk kaum wanita, mereka juga akan mendapatkan pengajaran mengenai menjahit, upacara minum teh hingga seni kerajinan tangan lainnya.